Drs. Masnurdin Tanjung

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

CARA CARA TURUNNYA WAHYU SEBAGAI KEBUTUHAN POKOK MANUSIA

MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian III / tiga)

WAHYU DARI Allah YANG MAHA TINGGI

إِنَّاۤ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ كَمَاۤ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَىٰ نُوحࣲ وَٱلنَّبِیِّـۧنَ مِنۢ بَعۡدِهِۦۚ وَأَوۡحَیۡنَاۤ إِلَىٰۤ إِبۡرَ ٰ⁠هِیمَ وَإِسۡمَـٰعِیلَ وَإِسۡحَـٰقَ وَیَعۡقُوبَ وَٱلۡأَسۡبَاطِ وَعِیسَىٰ وَأَیُّوبَ وَیُونُسَ وَهَـٰرُونَ وَسُلَیۡمَـٰنَۚ وَءَاتَیۡنَا دَاوُۥدَ زَبُورࣰا. وَرُسُلࣰا قَدۡ قَصَصۡنَـٰهُمۡ عَلَیۡكَ مِن قَبۡلُ وَرُسُلࣰا لَّمۡ نَقۡصُصۡهُمۡ عَلَیۡكَۚ وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكۡلِیمࣰا

Artinya:

"Sesungguhnya Kami telah mewahyukan kepadamu (Muhammad) sebagai mana Kami telah memberi wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang datang sesudahnya. Dan kami telah memberi wahyu pula kepada Ibrahim, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan Isa dan Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami datangkan Zabur kepada Daud. Dan Kami utus Rasul-Rasul yang telah kami ceritakan kisah-kisah mereka sebelumnya dan para Rasul yang tidak kami ceritakan kisah-kisah mereka kepadamu. Dan Allah telah melakukan pembicaraan langsung kepada Musa (dari balik tabir). (Q.S 4; A-Nisaa’ ayat 163-164).

Wahyu menurut istilah bahasa Arab adalah Pemberitahuan secara tersembunyi atau pesan rahasia atau dapat juga dikatakan bisikan ghaib, atau isyarat yang cepat yang lebih mirip dari pada sesuatu yang dirahsiakan dari pada dilahirkan. Sedangkan menurut istilah agama wahyu adalah sasuatu yang dituangkan dengan cepat dari pada Allah berupa pesan kebenaran ke dalam dada para nabi-Nya tanpa diketehui oleh orang lain.

Wahyu dalam arti bisikan bisikan yang terjadi dalam kehidupan manusia ada bermacam macam; Pertama wahyu syaithany yang berasal dari bisikan syetan untuk mendorong melakukan kejahatan, Kedua wahyu risaly adalah wahyu yang dirutunkan Allah kepada para rasul-Nya yang menjadi pokok bahasan kita dalam bagian ini.

Ketiga wahyu rahmany sebagai tanda kasih sayang Allah kepada orang orang yang dikehendakinya, seperti yang dibisikkan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan anaknya lalu memasukkan kedalam peti dan menghanyutkannya di sungai Nil dengan janji akan mengembalikan musa kembali kepangkuan ibunya. atau wahyu yang dibisikkan kepada Maryam untuk menggoyang pohon korma, lalu buah korma berjatuhan sebagai makanan untuknya, padahal Maryam ketika itu dalam keadaan sangat lemah karena melahirkan sedang pohon kurma adalah pohon yang sangat kuat.

Keempat wahyu malaky adalah bisikan bisikan yang bersumber dari malaikat yang telah ditugaskan oleh Allah untuk membimbing dan menjaga kita karena iman dan istiqamah dalam menjalankan agama, Kelima wahyu nafsiy bisikan yang berasal dari diri sendiri, ini biasanya dialami oleh orang yang mendapat ganguan psikhologis, mengalami goncangan jiwa atau ketika stress, dimana ia yang merasa mendapatkan bisikan untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar dilakukan oleh orang yang normal (waras).

Keenam wahyu fithry yaitu insting yang dianugrahkan oleh Allah tanpa dipelajari, seperti pada bayi yang langsung bisa menyusu dengan baik atau pada binatang dimana Allah memberi contoh bahwa dia mewahyukan (memberi instink kepada Lebah) untuk membuat sarang di gunung-gunung, atau di pohon-pohon atau pada sarang yang dibuatkan oleh manusia yang berternak lebah.

Allah berfirman:

وَأَوۡحَىٰ رَبُّكَ إِلَى ٱلنَّحۡلِ أَنِ ٱتَّخِذِي مِنَ ٱلۡجِبَالِ بُيُوتٗا وَمِنَ ٱلشَّجَرِ وَمِمَّا يَعۡرِشُونَ

Artinya: "Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah, “Buatlah sarang di gunung-gunung, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia," (Q.S 16 An-Nahl ayat 68).

Sekarang timbul pertanyaan kenapa Allah tidak langsung saja bertemu dengan para Rasulnya dan tidak perlu memberikan pesan yang tersembunyi?. Jawabannya adalah karena Allah adalah Zat yang maha Luhur, Maha Agung, Yang tidak bisa diserupakan dengan apapun yang ada di alam ini. Tidak bisa ditembus oleh pandangan mata lahir manusia. kekuatan tubuh manusia tidak mampu untuk melihat Allah yang maha Suci. Nabi Muhammad SAW pun ketika diperjalankan dalam Isra’ dan mi’raj naik ke langit yang paling tinggi, tidak bertatap muka langsung dengan Allah, melainkan hanya bisa mendengarkan suara dari balik tabir sebagai pesan yang akan disampaikan kepada Ummatnya. Bahkan Malaikat JIbril saja tidak berani mendampingi nabi ditempat yang sangat mulia itu. Allahu Akbar

Nabi Musa yang terkenal sebagai Kaliimullah (orang yang pernah berbicara dengan Allah) juga hanya mendengar suara suara saja dari balik tabir. Bahkan beliaupun bermohon Agar Allah memperlihatkan diri-Nya. Tetapi Allah hanya menjawab:” coba engkau perhatikan gunung itu, kalau gunung yang lebih kuat darimu itu bisa bertahan ketika Aku manampakkan keagungan-Ku berarti engkau akan mampu melihat Aku”. Begitu nabi Musa Melihat Gunung itu hancur berderai derai, nabi Musa Pingsan, dan setelah ia sadar dari pingsannya iapun lalu mangucapkan Subhaanaka tubtu ilaika waana awwalul mukminiin.

Allah berfirman:

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكّٗا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقٗاۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Artinya: "Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”

(Q.S. 7; Al-A’raaf ayat 143).

Maha Suci Engkau Yaa Allah aku minta Ampun karena aku pasti tidak akan kuat untuk sanggup melihat-Mu Aku Mohon Ampun Kepada-Mu dan mencabut kembali permohonanku dan dengan melhat peristiwa ini saja aku menyatakan bahwa aku akan menjadi orang yang pertama beriman tanpa perlu untuk melihat-Mu lebih dahulu. Allahu Akbar! Bani Israil yang tidak mau mengakui kerasulan nabi Musa pernah dengan mengajukan syarat bahwa mereka harus melihat Allah dengan mata telanjang lebih dahulu baru mereka mau beriman. Namun apa yang terjadi?. Allah menjawab tantangan mereka itu dengan sambaran halilintar.

وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤۡمِنَ لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ فَأَخَذَتۡكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمۡ تَنظُرُونَ

Artinya: "Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan." (Q.S2; Al-Baqarah ayat 55)

Allahu Akbar! Tidak pantas manusia untuk bisa melihat Allah di dunia karena kebesaran-Nya. Cukup kita mengenal-nya melalui tanda tanda kekuasaan-Nya. Gunakan hati untuk meyakini-Nya dan hati itu akan merasakan Keberadaanya, dengan kerinduan, dengan rasa cinta, dan kemesraan. Allah hanya mengizinkan manusia untuk bisa melihat-Nya apa bila ia masuk sorga. Dan melihat Allah di sana adalah puncak kenikmatan yang tiada taranya di atas segala kenikmatan yang melimpah ruah di dalam sorga. Allahu Akbar.

Oleh karena itu Allah berfirman dalam Surat Asy-Syuuraa ayat 51 yang artinya:” Tidak patut bagi manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya melainkan dengan perantaraan wahyu atau dari balik tabir (hanya mendengar suara saja tanpa melihat zat-Nya yang tidak mungkin dilihat), atau dengan mengutus utusan (malaikat Jibril), lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang maha Tinggi lagi maha Bijaksana”.

Yaa Allah Tuan yang maha Agung lagi maha Suci, maha Luhur lagi Maha Mulia, walaupun kami tidak pantas memandang wajahmu di dunia ini, tapi izinkan kami mengenal-Mu lewat tanda tanda kekuasaan-Mu, redhai kami meyakini-Mu dengan hati yang suci dan berserah diri kapada-Mu dengan jiwa yang tunduk, serta mengabdi dengan penuh keikhlasan. Lalu Bimbinglah kami dalam menempuh jalan menuju sorgamu agar kami bisa melihat wajah-Mu yang sangat indah sebagai kenikmatan yang tiada taranya.

MUTIARA AL-QUR’AN (Bagian IV / empat)

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن یُكَلِّمَهُ ٱللَّهُ إِلَّا وَحۡیًا أَوۡ مِن وَرَاۤىِٕ حِجَابٍ أَوۡ یُرۡسِلَ رَسُولࣰا فَیُوحِیَ بِإِذۡنِهِۦ مَا یَشَاۤءُۚ إِنَّهُۥ عَلِیٌّ حَكِیمࣱ. وَكَذَ ٰ⁠لِكَ أَوۡحَیۡنَاۤ إِلَیۡكَ رُوحࣰا مِّنۡ أَمۡرِنَاۚ مَا كُنتَ تَدۡرِی مَا ٱلۡكِتَـٰبُ وَلَا ٱلۡإِیمَـٰنُ وَلَـٰكِن جَعَلۡنَـٰهُ نُورࣰا نَّهۡدِی بِهِۦ مَن نَّشَاۤءُ مِنۡ عِبَادِنَاۚ وَإِنَّكَ لَتَهۡدِیۤ إِلَىٰ صِرَ ٰ⁠طࣲ مُّسۡتَقِیمࣲ. صِرَ ٰ⁠طِ ٱللَّهِ ٱلَّذِی لَهُۥ مَا فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰ⁠تِ وَمَا فِی ٱلۡأَرۡضِۗ أَلَاۤ إِلَى ٱللَّهِ تَصِیرُ ٱلۡأُمُورُ

Artinya: "Tidak patut bagi manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya melainkan dengan perantaraan wahyu atau dari balik tabir (hanya mendengar suara saja tanpa melihat zat-Nya yang tidak mungkin dilihat), atau dengan mengutus utusan (malaikat Jibril), lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia adalah Tuhan yang maha Tinggi lagi maha Bijaksana. Dan seperti itulah Kami mewahyukan Al-Qur’an kepadamu dengan perintah kami. Padahal sebelumnya engkau tidak mengetahui apa itu Al-Qrur’an dan apakah iman itu. Akan tetapi Kami menjadikannya sebagai cahaya yang dengannya Kami memberikan petunjuk kepada siapa yang Kami kehendaki dari hamba Kami. Dan sesungguhnya engkau benar-benar menunjuki kepada jalan yang lurus. Yaitu Jalan Allah yang menjadi pemilik segala yang ada di semesta langit dan semua yang ada di bumi. Ketahuilah! Semua urusan akan kembali kepada Allah". (Q.S.42; Asy-Syuuraa ayat 51-53)

Setelah kita memahami dalam bagian sebelumnya tentang pengertian wahyu dan kenapa Allah tidak bisa berbicara langsung secara tatap muka dengan manusia, maka dalam ayat ini Allah menerangkan cara komunikasi antara Allah dengan manusia agar pesan dan perintah-Nya bisa sampai kepada manusia. Yaitu dari balik tabir, atau dengan perantaraan wahyu atau dengan mengutus malaikat jinril yang sengaja ditugaskan untuk itu.

Di dalam buku-buku Ulumul Qur’an dijelaskan beberapa cara Allah menurunkan wahyu kepada para Rasulnya antara lain:

Pertama , melalui mimpi yang benar. Seperti yang dialami oleh nabi Ibrahim ketika dia diperintahkan untuk menyembelih anaknya Isma’il melalui mimpi yang benar dan perintah itu dia laksanakan setelah bermusyawarah lebih dahulu dengan anaknya yang akan dikorbankan itu.

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ قَالَ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

Artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (Q.S. 37; Ash-Shaffaat ayat 102).

Atau pemberitahuan Allah kepada nabi Yusuf ketika dalam mimpinya ia melihat sebelas bintang , bulan dan matahari yang bersujud kepadanya sebagai isyarat bahwa kelak ia kan menjadi seorang Nabi dimana sebelas saudaranya besarta ayah dan ibunya akan mengikuti ajaran agama yang diterimanya dari Allah SWT.

إِذۡ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَٰٓأَبَتِ إِنِّي رَأَيۡتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوۡكَبٗا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ رَأَيۡتُهُمۡ لِي سَٰجِدِينَ

Artinya: "(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”(Q.S. 12; Yusuf ayat 4).

Kedua, dengan langsung menjatuhkan atau memasukkan kedalam hati yang bersangkutan, di mana pada saat itu si penerima wahyu yakin bahwa itu adalah wahyu yang diterimanya dari Allah SWT. Hasbi Ash-Shiddieqy menjelaskan bahwa Wahyu adalah pembicaraan secara rohani, kemudian tertulis dalam hati, wahyu adalah merupakan ilmu yang dituangkan Allah kedalam hati para nabi dan rasul dengan ibarat-ibarat atau gambaran- gambaran, lalu dengan ibarat-ibarat itu nabi mendengar pembicaraan yang tersusun rapi.

Muhammad Rasyid Ridha menyatakan bahwa wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi-nabinya adalah suatu ilmu yang dikhususkan untuk mereka dengan tidak dipelajari. Pengetahuan itu diperoleh dengan tidak lebih dahulu berpikir dan berijtihad, yang disertai dengan perasaan halus yang muncul dengan sendirinya. Adapun yang menuangkan ke dalam jiwa mereka adalah Allah SWT.

Ketiga, seperti suara gemerincing lonceng. Dan ini tersasa amat berat bagi nabi Muhammad sampai keluar peluh dari dahinya walaupun dalam cuaca dingin. Setelah suara itu terhenti maka nabi dapat memahami isi isyarat-isyarat itu dalam bahasa yang tersusun rapi untuk disampaikannya kepada para sahabatnya. (H.R. Bukhari).

Keempat, Nabi mendengarkan suara dari balik tabir, seperti yang dialami oleh Nabi Musa di bukit Tursina yang telas dijelaskan pada bagian sebelumnya.

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِيٓ أَنظُرۡ إِلَيۡكَۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِي وَلَٰكِنِ ٱنظُرۡ إِلَى ٱلۡجَبَلِ فَإِنِ ٱسۡتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوۡفَ تَرَىٰنِيۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلۡجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكّٗا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقٗاۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبۡحَٰنَكَ تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ

Artinya: "Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”

(Q.S. 7; Al-A’raaf ayat 143)

Kelima, dengan mengutus malaikat jibril. Malaikat jibril mendatangi nabi dengan menyamar sebagai manusia biasa menyerupai seorang laki laki yang tampan. Bahkan nabi pernah melihat malaikat jibril dalam bentuk yang asli yang mempunyai enam ratus sayap. Pertama di gua hira dan kedua di Sidhratil Munthaha.

Allah mewahyukan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, padahal sebelumnya ia tidak mengetahui apa itu Al-Qur’an dan apakah iman itu. Disinilah letak pungsi wahyu untuk menjelaskan iman yang benar yang tidak mungkin dicapai oleh akal manusia yang berintikan keyakinan kepada Allah dan hari akhirat, sebagai tempat mengadili semua tindak tanduk manusia. Dan Allah juga menjadikannya sebagai cahaya yang dengannya Dia memberikan petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Kemudian menjamin bahwa sesungguhnya nabi Muhammad benar-benar menunjuki kepada jalan yang lurus. Yaitu Jalan Allah yang menjadi pemilik segala yang ada di semesta langit dan semua yang ada di bumi.

Semoga kita termasuk orang yang lapang dadanya untuk menerima dan mengikuti Wahyu yang sengaja Allah turunkan sebagai kebutuhan pokok bagi nurani kita kita, sehingga kita selamat dan kuat menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan ujian dan godaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillah

23 Mar
Balas



search

New Post